Sepuluh Tahun Lagi BBM Indonesia Habis
Jum'at, 09 November 2001 | 11:22 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Cadangan minyak Indonesia diperkirakan bakal habis kurang dari sepuluh tahun. Sementara, konsumsi terhadap bahan bakar minyak (BBM) begitu tinggi. Pemakaiannya berlangsung di semua sektor.
Demikian disampaikan Menristek Hatta Radjasa di forum Diskusi Interaktif Pemanfaatan Peluang Bisnis Teknologi Fuel Cell di Bandung, Jumat (9/11) . “Lebih dari 70 persen rumah tangga masih menggunakan BBM, sektor industri 50 persen. Pemakaian terbanyak di sektor transportasi dimana pemakaian BBM mencapai 99 persen,” tegas Hatta.
Jalan yang mesti ditempuh, jelasnya, masyarakat harus melakukan efisiensi. Selain itu mengembangkan energi alternatif, yang tengah diupayakan Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Menurut Menristek, saat ini cadangan minyak bumi Indonesia tinggal 4,8 miliar barel. Jika setiap tahun dikonsumsi sekitar 500 juta barrel, maka tidak sampai 10 tahun lagi cadangan itu habis.
Menurut Hatta, Indonesia punya sumberdaya alam berlimpah yang bisa dimanfaatkan sebagai energi alternatif. Seperti energi tenaga air, batubara, geothermal, gas alam, tenaga surya dan fuell cell. "Potensi batubara kita sekitar 36,3 miliar ton, dimana sekitar 85 persen adalah batubara muda yang bisa dijadikan bahan bakar cair. Energi ini bisa dipasarkan lebih dari 17 dollar per barel," tuturnya.
Tentang fuel cell, lembaga ynag dipimpin Hatta Radjasa memberikan dukungan penuh untuk pengembangannya. Mau tak mau teknologi itu akan masuk ke Indonesia. Sedang negara-negera industri maju, seperti Jepang dan Amerika, kemungkinan akan mulai memasarkan produk otomotif berbahan bakar fuel cell pada tahun 2003.
Achiar Oemry, peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan LIPI, menyatakan, pegembangan teknologi fuel cell sudah saatnya dimulai karena BBM menimbulkan masalah polusi yang sulit ditanggulangi. "Tahun 1994, Jakarta kota nomor tiga yang paling tinggi polusinya setelah Mexico dan Bangkok," ujarnya.
Apan itu fuel cell? Adalah piranti yang bekerja mengkonversi energi kimia menjadi energi listrik, dan menghasilkan air sebagai hasil samping. Piranti ini sangat fleksibel dalam pemakaian bahan bakar yang berbasiskan hidrogen seperti natural gas. Namun, sangat efisien dan ramah lingkungan. "Karena efisiensinya cukup tinggi, penggunaan gas dapat lebih hemat sekaligus memperpanjang umur penggunaan gas di Indonesia hingga 2060," tambahnya.
Data dari Kementerian Negara Ristek, mayoritas potensi bahan baku sudah tersedia berlimpah seperti kosentrat Zirkon (limbah produksi timah) di Pulau Bangka dan Kesiel, Nikel di Sulawesi, Kalimantan, Halmahera dan Irian Jaya. (Upiek Supriyatun - Tempo News Room)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar